BUKITTINGGI— Dari sisi ekonomi, kenaikan harga BBM jelas akan mendorong kenaikan biaya produksi, mendorong inflasi (cost push inflation) yang pada gilirannya akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, penurunan upah riil dan konsumsi rumah tangga.
Kebijakan Pemerintah pusat menaikkan harga BBM telah memicu kenaikan biaya angkutan umum dalam kota dan Andes juga tarif ojek online. Harga sembako di Kota Bukittinggi juga merangkak naik, sehingga menyumbang kenaikan inflasi.
Padahal, pada Agustus 2022 Kota Bukittinggi mengalami deflasi 0, 91 persen, namun pada Oktober naik menjadi kota dengan inflasi tertinggi dari 90 kota di Indonesia
Ditemui disela-sela rapat di Kantor Wali Kota Bukittinggi di Jalan Kusumabakti Gulai Bancah, Wali kota Bukittinggi Erman Safar tidak menampik hal itu. Selasa, (11/10/2022)
Menurut Wako Erman, penyumbang terbesar inflasi ini adalah Transportasi. Beberapa waktu yang lalu pihaknya sudah rapat dengan kepala-kepala dinas yang terkait untuk membahas formula apa yang tepat diterapkan untuk menekan laju Inflasi ini.
“Dalam waktu dekat kita akan rumuskan berapa rupiah yang akan kita subsidi dan siapa yang akan kita subsidi, apakah sopir angkot atau penumpang atau pemilik angkot, ” ungkap Erman
“Untuk kelanjutannya sudah saya tugaskan Isra untuk membahas teknis penyaluran, Target saya pertengahan bulan ini sudah terealisasi, Disamping itu sudah kami utus Badan Keuangan Daerah untuk ke Mendagri untuk mengkoordinasikan formula apa yang cocok untuk diterapkan, ” terang Erman
Dari arahan Presiden, lanjut Erman, kalau ada Inflansi diperbolehkan mempergunakan Dana BTT, tapi pemerintah daerah harus mempunyai pegangan, (Landasan Hukum) Supaya dikemudian hari penyaluran ini tidak beresiko hukum yang dialami oleh ASN.(*)
Baca juga:
Tony Rosyid: Warga Jakarta Berlimpah Subsidi
|